
Pengalaman buruk dan pahit yang berulang memang membuat seseorang tidak mampu mengatasi situasinya dimasa kini. Yap, trauma memang nggak boleh diabaikan sekecil apapun dia hadir. Mari belajar bersama Psikolog Olga di artikel ini untuk mengenali trauma dan berteman dengannya.
Baca Juga: Gen Z Jadi Generasi yang Paling Aware Mental Health, Bener Nggak?
Mengenal Trauma
Trauma sendiri merupakan pengalaman atau kejadian yang mengancam keselamatan atau keamanan seseorang secara fisik maupun emosional dan mampu menghasilkan dampak psikologis yang signifikan dan merusak. Pengalaman traumatik bisa berupa kecelakaan, kekerasan, pelecehan, bencana alam, atau kejadian lain yang menyebabkan rasa tidak aman dan takut.
Tidak semua orang pasti memiliki trauma karena sebenarnya setiap individu memiliki tingkat kepekaan yang berbeda saat berhadapan dengan pengalaman traumatik dan pengalaman hidup yang menyebabkan stres dan kesulitan masing-masing. Jadi, akan ada aja orang yang bertahan dalam masalah hingga nggak memiliki trauma.
Contoh Pola Asuh dan Pengasuhan yang Mempengaruhi Trauma di Masa Kini
Trauma belum tentu terjadi karena pengasuhan atau pola asuh orang tua. Namun pola pengasuhan yang kurang sehat & tidak aman memang mempengaruhi terbentuknya trauma.
1. Orang tua yang belum stabil secara emosional
2. Kekerasan dalam rumah tangga
3. Orang tua yang dengan sengaja mengabaikan atau justru mengontrol berlebihan
Pola pengasuhan seperti ini yang dapat menjadi salah satu faktor yang berperan pada kerentanan seseorang kepada trauma di masa dewasanya. Hal ini disebabkan karena mereka mungkin tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk mengatasi situasi yang menantang atau tidak memiliki dukungan emosional yang dibutuhkan.
BACA JUGA: Love Bombing Teknik Memanipulasi Hubungan
Cara Trauma Berpindah ke Generasi Berikutnya
1. Faktor sosial dan budaya, misalnya penindasan sejarah yang dapat memengaruhi generasi mendatang melalui identitas dan pengalaman budaya bersama
2. Paparan trauma dapat menyebabkan perubahan ekspresi gen untuk diturunkan ke generasi mendatang
3. Proses pembelajaran yang salah. Misalnya berteriak dan memukul dianggap hal yang wajar
Bagaimana cara kita menghadapi dan memutus siklus trauma?
1. Luangkan waktu untuk memproes trauma dengan jujur.
Untuk memproses trauma ini dapat sangat menyakitkan, lakukanlah bersama seorang profesional. Sehingga ketika terjadi suatu gejolak emosi yang intens, kamu bisa segera tertangani dan diminimalkan dampaknya.
2. Temukan orang-orang yang dapat menjadi support system.
Seseorang ini dapat membantumu untuk mendiskusikan berbagai peristiwa sulit yang sedang kamu alami. Sehingga kamu bisa memiliki ruang untuk mengekspresikan emosi dan menjadi lebih lega. Juga mendapatkan perspektif yang baru dan bisa lebih positif.
3. Bergerak atau berolahraga.
Salah satu cara untuk membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental adalah dengan berolahraga. Misalnya aja dengan melakukan yoga, meditasi, dan olahraga aerobik
4. Menjaga kesehatan fisik dengan memenuhi kebutuhan fisik.
Kamu bisa makan makanan yang bergizi, tidur yang cukup, dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
5. Kembali ke rutinitas harian kamu.
Lakukan hal-hal yang biasanya dilakukan, bahkan jika kamu tidak menyukainya.
BACA JUGA: Unfinished Business, Ketika Masalah di Masa Lalu Belum Selesai
6. Mencari bantuan.
Nggak ada salahnya untuk mengakuinya kalau kamu butuh bantuan. Kamu bisa ikut komunitas ketahanan mental atau pergi konseling dengan psikolog.
Salah satu bantuan yang bisa kamu dapatkan adalah melalui konseling bersama psikolog ibunda.id. Jika kamu cocok dengan opini psikolog Olga, kamu bisa booking sesi dengannya disini ya

Apakah Semua Permintaan Ortu Harus dilakukan?
Kesalahpahaman, perbedaan zaman, hingga jarak usia bisa jadi faktor anak tidak cocok dengan orang tuanya. Namun, bukan berarti kita bisa men...

Jadi Anak Rantau di Negeri Orang, Nggak seasik itu..
Dibalik konten yang cantik, dibalik tempat-tempat yang aesthetic, ada hati yang kesepian dan perasaan homesick.Tinggal di negeri orang, mung...

Menghukum Diri Lebih Mudah daripada Mengapresiasinya
Nggak tahu kenapa rasanya kebiasaan buruk merendahkan harga diri seringkali terjadi dengan sendirinya. Lagi gagal nyalahin diri, lagi kesusa...